Langsung ke konten utama

Teruntukmu, AGUStus

Kau ingin tahu segala hal tentangku? Hari-hariku? Kabarku? Kesibukanku? Dengan siapa ku habiskan waktuku? masih mengintai segala sosial mediaku? Kau membaca semua isi blogku? Unggahan twitterku? Begini, Gus. Semenjak hariku tanpa kau. Aku kacau, aku sepi. Aku tak berdusta tentang pedihnya aku tanpa kamu. Beratnya , gundahnya, teramat sepi hingga aku bisa mendengar suara detak jantungku. Aku tak baik-baik saja. Samakah denganmu? Entahlah, jika melihat dari sudut pandangku, kau cukup baik-baik saja dengan adanya mereka. Kau bercerita ke sana kemari tentang pedih dan lukamu. Kau bergurau dengan banyak orang yang kau temui akhir-akhir ini. Kau bercengkrama menceritakan banyak hal, termasuk tentang aku, tentang kejamnya aku, tentang JAHANAMnya aku, pada mereka yang tengah mengisi kesibukanmu belakangan ini. Kau ungkap segala perjuanganmu. Betapa tertekan dan terikatnya kau ketika bersamaku. Uang yang kau habiskan denganku, membelikan ini itu. Iya. Terimakasih dengan sangat. Atas perjuanganmu, tanpa aku berjuang sedikitpun. Atas banyaknya uangmu yang habis karnaku, membelikanku begitu banyak barang dengan uangmu, sementara aku tak pernah mengeluarkan uang serupiah pun, begitu sekiranya maksud yang ingin kau sampaikan pada teman wanitamu itu. Aku mengetik ini sambil menahan sesak. Menahan air yang hendak turun dari mataku. Kau terlalu baik untuk WANITA JAHANAM sepertiku. Aku sadar. Maka dari itu, kau sekarang bebaslah. Bukankah sekarang kau sudah banyak mengenal wanita lain. Tentu lebih sholeha, dengan pakaian yang syar'i. Berbeda dengan JAHANAM sepertiku. Agus. Aku harap, tak ada lagi dendam diantara kita. Bagiku, kau masih seperti semula. Sosok abang yang amat baik bagiku. Aku akan ingat segala perjuanganmu. Aku ingat segala sabarmu. Aku ingat banyaknya uangmu yang terbuang karnaku. Gus. Sekarang, pergilah dengan ia yang mampu mengobati lukamu. Aku terlalu JAHANAM bagimu. Gus. Aku mohon, maafkan orangtuaku~

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tahun ke-empat

Hallo, Juni(ku) Ini tahun ke-empat kau pergi--benar-benar pergi Aku tidak lagi merindukanmu, sungguh! Aku tidak lagi mendambamu, sungguh! Aku tidak ingat lagi rasa yang dulu, sungguh! Sudah banyak penggantimu sejak empat tahun lalu Ada yang benar-benar nyaman, namun selalu saja ada penghalang Ada yang sekadar singgah, namun tidak meninggalkan luka Bukan berarti tidak ada yang menggantikanmu! Hanya saja aku yang belum merasa cocok Sudah Empat tahun ternyata, ya! Aku bahkan tak ingat kau lagi, jika bukan karna wanitamu yang mengusikku sebulan belakangan ini Dia mengirimiku pesan, awalnya baik dan lemah lembut Namun, beberapa balasan saja, dia sudah mulai dengan sifat angkuhnya Hei, Juni Kau tahu itu? Atau dia menyembunyikannya darimu? Dia menjual namamu padaku Dia ingin menemuiku, membahas perihal kau Ah, segala tentangmu tidaklah menarik lagi bagiku Namun, segala tentangku masih sangat menarik bagi kalian Apa kau benar-benar bahagia selama Empat tahun ini?

Mimpi kedua

Setelah drama besar di Kamis malam dan Jumat pagi lalu, kau memblokir semua aksesku menujumu Sehari dua hari aku sangat kacau, memasuki hari ketiga, aku sudah tenang di hari ke-empat. Aku tidak kehabisan akal, kuhubungi kau menggunakan nomor orang lain, kita berbincang kurang dari 4 menit Setelah itu, komonikasi berlangsung hanya karna sebuah titipan Aku masih sering mengirimi pesan ke nomormu yang, aku masih sering menceritakan banyak hal ke nomor itu Beberapa hari yang lalu, aku berharap kau membacanya, namun sekarang aku berharap pesan jangan sampai padamu! ya! aku berharap kau sudah menghapus akun itu Tujuanku hanya untuk bercerita, aku tak peduli kau membaca celotehanku itu Pagi ini, barusan, kau mengaktifkan akun itu yaAllah, hatiku terkejut, setelah 5 hari kita tidak pernah video call lagi Seseorang menelfonku via video call, dan itu kau yang lebih membuatku kaget! berarti kau membaca semua pesanku? Ah! sial! Beberapa menit video call, lalu kau akhiri dengan suara serak parau da...

Mimpi

padahal aku tidak pernah lagi memikirkanmu, siang tadi aku mimpi kau, Beng kita berkunjung ke rumah teman karib lamaku semasa Mts, sambil membawa kucing kecilku yang bercorak warna hitam seolah kucing itu memang ingin kukembalikan ke temanku itu anehnya, kucing itu aku letakkan di dalam jok motor jok itu terbuka kena hujan dan panas kucing itu tidak beranjak dari sana badan kucing itu dingin dan kaku, seolah sudah mati aku menggenggam tubuh mungil kucing malang itu, sepersekian detik, kucing itu hidup kembali ditanganku segera ku beri makan dan ku manjakan aku sibuk dengan kucing, kau sibuk mengobrol dengan temanku tak lama, kita ingin pergi, seolah kita sudah membuat rencana pergi kesuatu tempat aku sibuk menanyaimu tentang pakaianku bagaimana penampilanku, apa tak apa aku memakai legging ini? haruskah ku ganti dengan celana panjang hitam di awal tadi kau yang ragu awalnya mengatakan dikeramaian "tak apa, pakai saja legging itu" namun, ketika berdua denganku, kau mengatakan ...