Malam kesekian kalinya, sesering kalinya, selarut-larutnya, aku rindu rumah, terutama Mama.
Masih dengan ego yang tak ingin kalah, masih dengan hati yang teramat keras, masih dengan tangis yang tertahan, masih dengan suasana yang masih melekat diingatan, masih dengan aroma yang tercium sepanjang hari, masih dengan ingatan akan kamar disuasana pagi siang malam.
Ini menangis, hanya saja tertahan, dan amat sakit, sesak didada rasanya. Ini tersedu hanya saja berusaha diam, bungkam agar tak terdengar.
Aku ingat aromanya, masih pekat melekat, masih tak terganti, masih terasa,hanya saja seolah hambar.
Mama, semoga sehat ragamu, semoga tenang hatimu, semoga dilindungi dirimu, semoga lancar harimu, semoga hari ini ada tawa dibibirmu, masih tersenyum wajahmu, semoga ada tempatmu bercerita, semoga tak lelah hatimu, semoga surga menantimu, aku menyayangimu teramat dalam, aku merindukanmu.
Mama, maaf
Masih dengan ego yang tak ingin kalah, masih dengan hati yang teramat keras, masih dengan tangis yang tertahan, masih dengan suasana yang masih melekat diingatan, masih dengan aroma yang tercium sepanjang hari, masih dengan ingatan akan kamar disuasana pagi siang malam.
Ini menangis, hanya saja tertahan, dan amat sakit, sesak didada rasanya. Ini tersedu hanya saja berusaha diam, bungkam agar tak terdengar.
Aku ingat aromanya, masih pekat melekat, masih tak terganti, masih terasa,hanya saja seolah hambar.
Mama, semoga sehat ragamu, semoga tenang hatimu, semoga dilindungi dirimu, semoga lancar harimu, semoga hari ini ada tawa dibibirmu, masih tersenyum wajahmu, semoga ada tempatmu bercerita, semoga tak lelah hatimu, semoga surga menantimu, aku menyayangimu teramat dalam, aku merindukanmu.
Mama, maaf
Komentar
Posting Komentar